Assalamu’alaikum wr. wb.
Sejatinya,
kemiskinan menjadi induk dari permasalahan sosial (social problems) yang terjadi pada masyarakat perkotaan (urban) maupun pedesaan (rural). Fenomena ini bukan khas
Indonesia saja, tetapi sudah mendunia terutama di negara-negara miskin dan di
negara-negara yang sedang berkembang. Gambaran ini menjadi sangat nampak dalam
realita kehidupan masyarakat di kota-kota besar Negara yang sedang berkembang
seperti juga di Megapolitan Jakarta. Bertambahnya dengan pesat jumlah keluarga
miskin, pengangguran, gelandangan dan pengemis, kriminalitas, anak-anak
terlantar, anak jalanan, kenakalan remaja, penyalah gunaan narkoba, perdagangan
manusia, prostitusi, lanjut usia miskin, kecacatan, tunawisma dll. Masalah
sosial yang makin menggunung dengan pemecahannya yang tidak sepadan mengarah
pada situasi dan kondisi yang makin mengkhawatirkan.
Rentang waktu panjang dibutuhkan, selain mobilisasi seluruh potensi yang ada
baik disektor pemerintah maupun masyarakat. Untuk menangani permasalahan sosial
yang kronis ini agar terkendali bahkan dieleminir sehingga kwalitas hidup
anggota masyarakat yang kurang beruntung itu dapat ditingkatkan.
Indikasi timbulnya semangat untuk mengambil bagian secara aktif dalam proses
pengentasan kemiskinan oleh masyarakat makin terlihat seiring dengan terjadinya
proses reformasi di segala bidang yang terjadi di Indonesia yang dimulai pada
tahun 1998 lalu.
Rasa kesadaran dan tanggung jawab sosial masyarakat menjadi kunci pemecahan
masalah sosial (problem solving) yang
terjadi dalam masyarakat bersama peran yang dilakukan pemerintah.
Organisasi-organisasi sosial, baik bersifat tradisional berlandaskan kearifan
budaya lokal maupun yang dikelola secara professional tumbuh dan berkembang
sebagai wujud tanggung jawab sosial masyarakat. Mereka tergerak oleh motivasi
nilai-nilai agama, nilai-nilai kemanusiaan secara umum maupun perwujudan dari
nilai-nilai Pancasila sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara.
Wacana itu pulalah yang mendorong didirikannya Yayasan Pelayanan dan
Pemberdayaan Anak Yatim dan Fakir Miskin Al-Furqon (Yayasan Al-Furqon) pada
tahun 2001 oleh sekelompok eksponen yang sadar dan peduli terhadap
lingkungannya yang didalamnya masih banyak terjadi ketimpangan (disporitas social) yang berujung pada
kehidupan yang kurang harmonis. Secara kasat mata dengan mudah dapat dijumpai
penduduk yang hidup serba kekurangan (miskin), anak-anak yatim yang tidak terurus
sehingga menghadapi hari depan yang kurang cerah, para lanjut usia yang
hidupnya tidak tenang menghadapi hari-hari akhirnya.
Semestinya, peran Yayasan Al-Furqon (YAF) sebagai penolong “yang lemah”
sekaligus sebagai penyalur aspirasi warga peduli untuk berperan serta dalam
mengatasi permasalahan sosial dilingkungan dapat lebih dikembangkan dan diberi
kesempatan lebih luas untuk melaksanakan misinya. Manajemen yang baik dan
transparansi dari Yayasan Al-Furqon yang dilandasi profesionalisme dan
keikhlasan bekerja para pengurusnya menjadi ciri keberhasilan dan semakin
berkembangnya aktivitas yayasan. Dengan demikian visi yang telah digariskan
oleh yayasan bukan sebuah impian besar atau sebuah utopia tetapi akan dapat diwujudkan. Insya Allah.
Dari
SLIPI (SeLalu Ingat Pada Illahi)
sebagai domisili dari YAF, kami ingin merangkul dan menggalang semua
sumber dan potensi yang peduli untuk menolong warga masyarakat yang
kurang beruntung itu agar mereka mampu menolong dirinya sendiri dalam
menciptakan hari depan yang lebih cerah. Diharapkan nantinya mereka dapat berperan aktif dalam mewujudkan
kondisi masyarakat yang lebih sejahtera, adil bermartabat dan memperoleh Ridho
Allah SWT sebagaimana dalam firman-Nya “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang
sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah
orang-orang yang benar“ (QS. Al – Hujurat
: 15).
Wassalamu’alaikum
wr. wb